Jasa Pembuatan Bongpay Makam Marmer Tulungagung
Kurnia Nisan Indonesia, sebagai distributor penyedia produk batu granit dan marmer berkualitas, terlengkap dan terpercaya No.1 di Kota Tulungagung , Menyediakan berbagai macam produk-produk berbahan baku batu granit dan marmer, diantaranya Batu Nisan Makam, Batu Nisan Bongpay, Batu Nisan Keramik, Prasasti Peremian Gedung, dan Meja Dapur Granit untuk pengiriman ke seluruh kota di Indonesia. Kota Bandung, Bekasi, Depok, Lembang, Cikampek, Cimahi, Jatinagor, Subang, Padalarang, Sukabumi, Cianjur, Bogor, Bekasi, Sumedang, Cirebon, jatiwangi, Palimanan, Purwakarta, Majalengka, Garut, Tasik Malaya, Banjar, Soreang, Ciwidey, sampai DKI Jakarta maupun Tangerang, Banten, Serang, Cilegon. Kami juga melayani penjualan lewat pengiriman untuk Jawa Tengah ke Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Pati, Cepu, Ungaran, Ambarawa, Magelang, Salatiga, Kendal, Pekalongan, Brebes, Tegal, Wonosobo, Klaten, Surakarta, Sragen, Wonogiri, Blora, Purwokerto, Kebumen, Cilacap, Muntilan, dan Jogjakarta, Sleman, Bantul. Kami juga melayani penjualan lewat pengiriman untuk Jawa Tengah ke Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Pati, Cepu, Ungaran, Ambarawa, Magelang, Salatiga, Kendal, Pekalongan, Brebes, Tegal, Wonosobo, Klaten, Surakarta, Sragen, Wonogiri, Blora, Purwokerto, Kebumen, Cilacap, Muntilan, dan Jogjakarta, Sleman, Bantul. Siap kirim ke seluruh kota Jawa Timur ke Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Krian, Mojokerto, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Cepu, Tanggulagin, Bangil, Beji, Pasuruan, Pandaan, Singosari, Malang, Batu, Probolinggo, Beji, Jember, Banyuwangi, Jombang, Kediri, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Magetan, Blitar, Ngawi, Babat, Situbondo, Bondowoso, Tulungagung, Lumajang, Pacitan, sampai ke Denpasar Bali. Propinsi NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Kep.
Contoh Bongpay Kristen Marmer Design Modern
Bukit yang menjadi tempat mengubur jasad ratusan orang Tionghoa yang ditumbalkan menjadi ongkos perang oleh orang-orang yang menganggap diri sebagai pemilik paling sah terhadap tumpah darah ini. Dia akan mengajarkan bagaimana mengubur dalam-dalam peristiwa kelam. Baginya, rencana membayar sakit hati oleh lelaki Tionghoa pemesan batu nisan itu adalah bagian dari watak seorang budak dendam. Biarkanlah malaikat yang akan menghanyutkan keburukan manusia di masa lalu ke arus sungai waktu, hingga bermuara di penghakiman semesta. Ajaran itu yang selalu dia pegang. Sebuah petuah dari A Bu-nya sejak puluhan tahun lalu, ketika berhari-hari dia mengurung diri di dalam kamar setelah mendengar kabar bahwa satu dari ratusan korban pembunuhan etnis Tionghoa di pedalaman Gunung Pandan adalah Nyo Lai Wa, A Pa-nya. A Pa (bahasa Hokkien): Ayah. A Bu (bahasa Hokkien): Ibu. Bongpay (bahasa Hokkien): Makam Tionghoa. Cheng Beng: Tradisi Tionghoa menghormati leluhur dan arwah tak dikenal. Cece (bahasa Hokkien): Kakak perempuan. Yin-yang: Konsep teologi Tiongkok Kuno tentang keseimbangan atau keadilan, disimbolkan dengan warna gelap dan terang. Liong Seng Chi (bahasa Tionghoa): Naga yang marah. Manyung: Nama sebuah tempat yang menjadi kuburan massal etnis Tionghoa korban genosida di Nganjuk, Jawa Timur. Heru Sang Amurwabumi, Pendiri Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk.
bongpay marmer design modern |
Bongpay Batu Alam Marmer Murah
“Silakan Tuan bergabung dengan kawan-kawan Tuan, tetapi biarkan anak ini ikut denganku. Dia masih terlalu kecil untuk ikut menanggung ongkos mahal dari perjuangan negeri ini.” Begitu pinta gerilyawan itu kepada A Pa-nya. “Apakah aku bisa memercayaimu? Bayangan peristiwa paling kelam di kehidupan masa kecil pemahat nisan bongpay itu mendadak hadir kembali. Peristiwa kematian A Pa-nya terpampang serupa guguran daun-daun jati di pedalaman Gunung Pandan. Setiap helai dedaunan yang jatuh di musim kemarau itu seolah menyuarakan jeritan permintaan tolong manakala terkena terpaan angin. Sesaat pemahat nisan bongpay itu menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Beberapa pahat dengan ukuran berbeda tampak tergenggam di tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang sebuah palu yang terbuat dari kayu. Meskipun usianya telah menginjak lebih dari sepertiga abad, tetapi tenaganya masih cukup kuat untuk menopang kepiawaiannya membuat ukiran pada sebongkah batu marmer. Sambil membuat pola ukir dan tulisan yang akan dipahatnya, dia sedikit menyesal kenapa tidak sempat mencari jawaban dari pemesan yang mengetuk rumahnya tengah malam, tentang siapa pemilik nama yang dipesankan batu nisan?
Harga Bongpay Paling Murah Tulungagung
Leluhur mereka pernah bertaruh nyawa demi mempertahankan sejengkal tanah ini dari penindasan bangsa-bangsa Eropa. Namun, di mata orang-orang yang telah merampas takdir jalan kematian dari tangan malaikat, jasad mereka tak dimakamkan semestinya, hanya karena mereka dianggap mata-mata kolonial dan Tiongkok. Beberapa waktu sebelum dia diajak A Pa-nya melarikan diri, tak ada yang menduga bahwa peristiwa berdarah akan mewarnai cerita sejarah negeri ini. Sekelompok orang bersenjata tak dikenal singgah di kota-kota kecil sekitar Gunung Pandan. Sebagian dari mereka termakan isu bahwa terjadi spionase terhadap gerilyawan yang melibatkan orang-orang Tionghoa. Tuduhan itu kian santer ketika dihubung-hubungkan dengan revolusi Dr. Sun Yat Sen di Tiongkok bahwa negeri Tirai Bambu itu sedang mengepakkan pengaruh politik dan ekonomi ke berbagai penjuru Asia. Orang-orang etnis Tionghoa dipaksa mengirim upeti sebagai ongkos perang. Yang menolak akan disingkirkan. Orang tua pemahat nisan bongpay itu bukanlah orang Tionghoa kaya, sehingga harus mengalami nasib buruk-tak mampu membayar upeti. A Pa-nya sempat membawa dia melarikan diri ke pedalaman Gunung Pandan, sebelum akhirnya mereka bertemu seorang anggota kelompok bersenjata lain yang tidak berafiliasi dengan orang-orang yang memburu keberadaan para lelaki Tionghoa.
harga bongpay murah |
Sebelumnya, pemahat nisan bongpay itu gelagapan terbangun dari tidur sebab pintu rumahnya diketuk berkali-kali. Setengah sadar, ketika membuka pintu, seorang lelaki telah berdiri di depan sana. “Aku ingin dalam tiga hari, pekerjaan ini sudah selesai! Pemahat nisan bongbay itu heran. Untuk pertama kali, ada pesanan memahat batu nisan dengan permintaan aneh. Hampir saja dia menolak pesanan itu. Namun, tiba-tiba terlintas ucapan mendiang A Pa-nya yang dulu mewariskan keahlian memahat nisan bongpay kepadanya, “Jangan pernah menolak permintaan memahat nisan bongpay, selama napasmu masih ada, tanganmu masih mampu memegang pahat dan memukulkan palu. A Pa-nya sudah meninggal ketika dia masih berumur sepuluh tahun. Hanya pekerjaan pemahat nisan bongpay yang diwariskan kepadanya. Ditambah sepetak toko kelontong di pasar kota yang beberapa tahun ini semakin mengenaskan hasilnya sebab tergerus toko-toko dari pasar dunia maya. Sesekali dia juga menjadi penggali kubur, jika ada salah satu tukang gali kubur di perkumpulan kematian orang-orang Tionghoa sedang berhalangan.
Pengiriman Bongpay Luar Pulau
Lelaki yang memesan nisan itu datang tengah malam. Matanya sipit. Kulitnya bersih. Ciri yang menandakan bahwa tamu itu adalah orang Tionghoa lekat sekali padanya. Sengaja dia menyiapkan nisan bongpay untuk orang yang telah menjadikan keluarganya menderita. Seseorang yang menjadi pengkhianat etnisnya. Baginya, hutang harta boleh ditawar melunasinya, tetapi hutang nyawa harus dibayar impas dengan nyawa. “Akulah yang menentukan hari kematian itu. Tiga hari lagi aku akan membawa nisan bongpay berpahat namanya. Jadi, jangan sampai kau menyelesaikannya lebih dari waktu yang aku minta! ” tegas lelaki pemesan nisan itu. Pemahat nisan bongpay itu memalingkan muka. Bau arak China yang keluar dari mulut tamunya menebarkan aroma dendam dan kebencian. Itu sebabnya dia tidak suka, lalu nyaris menolak pesanan. “Janganlah kau ikut-ikutan menjadi pengkhianat sesama orang Tionghoa! Pemahat nisan bongpay itu hanya tersenyum. Sindiran dari orang yang sedang dikuasai pengaruh alkohol tak perlu dimasukkan hati, anggapnya. “Aku melihat lelaki Tionghoa itu menyusup ke tengah massa demonstran, lalu menunjuk lapak berjualan keluargaku!
Menginjak usia empat puluh tahun, laki-laki pemahat nisan bongpay itu masih hidup membujang. Dia tinggal di rumah peninggalan orang tuanya di kawasan Pecinan. Hampir seisi rumahnya dipenuhi tumpukan bongkah-bongkah batu marmer. Sejak belia, dia sudah berkecimpung dengan pekerjaan memahat nama-nama orang yang berpulang. Bertahun-tahun lalu, ketika kematian A Pa dan A Bu-nya tiba, dia juga yang mengukir nisan bongpay mereka. Konon, dia satu-satunya orang Tionghoa yang masih mewarisi keahlian itu di kotanya. Seminggu menjelang Cheng Beng, tengah malam, ketika kesadaran belum sepenuhnya kembali, pemahat nisan bongpay itu bertanya: Siapakah yang akan meninggal, sehingga batu nisannya harus dipahat jauh hari sebelum kematiannya tiba? Pertanyaan itu terbesit manakala dia mengangkat sebongkah batu marmer. Baru kali ini dia mendapat pesanan memahat nisan ketika kematian seseorang belum datang. Lazimnya, pesanan nisan akan dia terima ketika orang yang akan dipahat namanya benar-benar sudah berpulang. Namun, kali ini tidak demikian. Seorang lelaki bertamu ke rumahnya tengah malam, lalu memesan batu nisan dengan ukiran paling rumit, ditambah sebuah permintaan khusus-pahat tanggal dan hari kematiannya juga, meskipun saat ini pemilik nama di batu nisan itu masih hidup.
APRELLIA DEWI
(WA) 085655553096 – 081235287116
Email : bastamarmer@gmail.com
Jl. Kanigoro NO. 40A Ds. Campurjanggrang Kec. Campurdarat Kab. Tulungagung Jawa Timur